Nama komplitnya KH Ahmad Dahlan bin KH Muhammad Achyad, dari Kebondalem Surabaya. Beliau yaitu aktivis gerakan yang membidani sebagian embiro NU, seperti Tashwirul Afkar, serta lalu ikut serta penuh dalam pendirian organisasi NU, 1926, sebagai Wakil Rais Akbar. Ulama kelahiran 30 Oktober 1885 ini dapat menulis sebagian risalah yang mengkonter perbincangan furuiyah pada golongan pembaru serta golongan tradisionalis yang meruncing di masa 1920-an itu. Teman dekat penulis, Dr Wasid Mansyur menuliskan biografi Kiai Dahlan Kebondalem ini bersama judul “Kiai Ahmad Dahlan : Aktivis Gerakan serta Pembela Ajaran Aswaja” (Surabaya : Pustaka Idea, 2015).
Sebelumnya arti nama masa Kiai Dahlan Muhammadiyah serta Kiai Dahlan MIAI, ada pula masa keemasan Kiai Dahlan Falak. Siapa beliau ini? Nama komplitnya KH Dahlan bin Abdullah Attarmasi Assamarani. Beliau ahli falak yang lalu di ambil menantu oleh KH. Saleh Darat. Penulis Natijatul Miqat yang juga adik kandung Syaikh Mahfudz Attarmasi ini yaitu salah seseorang ulama Nusantara yang disadari kepakarannya di bagian falak.
Dalam buku Materpiece Islam Nusantara : Sanad serta Jejaring Ulama-Santri 1830-1945 karya Zainul Milal Bizawie dijelaskan kalau KH Ahmad Dahlan serta sahabatnya, Syaikh Muhammad Hasan Asy’ari al-Baweyani, pergi menuju banyak wilayah Arab serta menuju ke Al Azhar Kairo. Di Kairo keduanya bersua bersama dua ulama Nusantara : Syaikh Jamil Djambek serta Syaikh Ahmad Thahir Jalaludin. Sepanjang di Kairo keduanya mengkhatamkan kitab induk pengetahuan falak karya Syaikh Husain Zaid Al Mishri, Al Mathla’ fi Al Sa’id fi Hisabi al Kawakib ‘ala Rashdi al Jadid yang ditulis awal era 19. Sepulang dari rihlah ilmiah ini, beliau meningkatkan kajian keilmuannya di Semarang. Kiai Dahlan Falak ini lahir di Pacitan, 1862, serta meninggal dunia di Semarang, 1911. Makamnya bersebelahan bersama mertuanya, KH Sholeh Darat.
Sedang Kiai Dahlan setelah itu yaitu KH Dahlan Abdul Qahar, salah seseorang ulama asal Kertosono Nganjuk yang turut membidani kelahiran NU. Karib KH Abdul Wahab Chasbullah ini berbarengan Syaikh Ghanaim al-Mishri turut lakukan negosiasi ke Raja Arab Saudi, Ibnu Suud, tentang kebebasan menggerakkan madzhab serta sebagian tuntutan lain lewat wadah Komite Hijaz, sebagian sebelum NU berdiri.
Mengenai Kiai Dahlan selanjutnya juga datang dari NU. Lahir di Pasuruan, 1909, bersama nama Muhamamd Dahlan, beliau terdaftar sebagai penggerak (muharrik) Ansor NU dimuka berdirinya berbarengan KH. Abdullah Ubaid. Di masa datang, aktivis yang dianugerahi nada merdu ini dapat menjabat sebagai Ketua PBNU, lantas jadi Menteri Agama (menukar KH. Saifuddin Zuhri) dimuka Orde Baru. Debut yang paling menonjol yaitu meniti Musaqabah Tilawatil Qur’an (MTQ), serta berbarengan KH Ibrahim Hosen, Prof Mukti Ali, KH Zaini Miftah, serta KH Ali Masyhar meniti berdirinya Perguruan Tinggi Pengetahuan Qur’an. Pengamal Dalail Khairat sampai akhir hayatnya ini dimakamkan di TMP Kalibata, pada 1 Februari 1977.
Kiai Dahlan yang paling paling akhir yaitu KH Dahlan Salim Zarkasyi atau yang masyhur bersama sebutan Kiai Dahlan Qiraati. Beliau ikut andil dalam pengembangan pengetahuan al-Qur’an di Indonesia bersama caranya, Qiraati. Hamilul Qur’an yang lahir pada 1928 ini di kenal sebagai sosok yang menyukai anak-anak serta di segi lain berupaya menanamkan kecintaan al-Qur’an pada mereka. Sampai pada akhirnya bersama cara Qiraati, beliau turut ikut serta meningkatkan kajian keilmuan al-Qur’an serta menolong orang-orang pemula dalam belajar membaca al-Qur’an.
Kiai Dahlan mungkin saja tak pernah menganggap cara hasil karyanya bakal dapat sepopuler seperti saat ini. Berawal dari pengajian di satu teras tempat tinggal di Jalan MT. Haryono, Kampung Kebonarum, Semarang, saat ini Qiraati sudah digunakan serta dipelajari oleh beberapa puluh ribu orang-orang di beberapa pelosok nusantara. Bahkan juga, sekarang ini Qiraati juga sudah merambah sampai ke sebagian negeri jiran. Tetapi sayang, beliau tak pernah turut melihat manfaat Qiraati yang dahulu beliau rintis, sebab KH. Dahlan Salim Zarkasyi sudah meninggal dunia pada tanggal 20 Januari 2001 waktu lalu.
***
Berdasar pada pemaparan diatas, serta mengingat utamanya penelusuran data dengan cara komprehensif supaya tak berlangsung silangsengkarut histori ulama kita, jadi pengaturan Thabaqat Ulama Nusantara penulis sangka jadi langkah paling pas. KH Ahmad Musthofa Bisri (Gus Mus) pernah menyebutkan jika Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani, salah seseorang muhaddits keturunan Indonesia yang bermukim di Makkah, pernah menyebutkan cita-citanya menulis Thabaqat Ulama Indonesia. Maksudnya, kata Gus Mus mengutip pendapat Syaikh Yasin, supaya debut ulama Indonesia dapat mendunia. Tetapi say